Dinamika Penawaran dan Permintaan
Seperti komoditas lainnya, harga tembaga perkilo sangat dipengaruhi oleh keseimbangan penawaran dan permintaan global.
Dari sisi penawaran, produksi tembaga dunia menghadapi beberapa tantangan. Peru dan Chile, dua produsen tembaga terbesar di dunia, telah mengalami gangguan produksi akibat masalah ketenagakerjaan dan tantangan lingkungan. Di Indonesia sendiri, meskipun kapasitas produksi meningkat, regulasi ekspor yang ketat mempengaruhi aliran tembaga ke pasar global.
Dari sisi permintaan, transisi energi global menjadi pendorong utama. Kendaraan listrik membutuhkan empat kali lebih banyak tembaga dibandingkan kendaraan konvensional. Setiap unit kendaraan listrik membutuhkan sekitar 80 kg tembaga. Dengan proyeksi pertumbuhan pasar kendaraan listrik mencapai 25% pada 2025, permintaan tembaga untuk sektor ini terus meningkat secara signifikan.
Kebijakan Lingkungan dan Energi Terbarukan
Komitmen global terhadap dekarbonisasi dan transisi energi bersih telah memposisikan tembaga sebagai logam strategis. Tembaga adalah konduktor listrik dan panas yang sangat baik, menjadikannya komponen penting dalam pembangkit listrik terbarukan, jaringan transmisi, dan sistem penyimpanan energi.
Panel surya, turbin angin, dan infrastruktur pendukungnya membutuhkan tembaga dalam jumlah besar. Sebuah pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 1 megawatt membutuhkan sekitar 5 ton tembaga. Dengan target pembangunan pembangkit energi terbarukan yang ambisius di berbagai negara, permintaan tembaga untuk sektor ini diprediksi tumbuh 50% dalam lima tahun ke depan.