Harga tembaga perkilo cenderung naik karena sumber dari daur ulang belum bisa menjadi alternatif kuat. Bila fasilitas daur ulang lebih berkembang dan didukung teknologi modern, harga bisa ditekan karena bahan baku sekunder tersedia dalam jumlah mencukupi.
Baca Juga: Terbaru! Harga Tembaga Putih Per Kilo Bekas
7. Spekulasi dan Permainan Harga
Seperti halnya komoditas lain, tembaga juga menjadi objek spekulasi. Pelaku pasar kadang menaikkan harga secara tidak wajar demi keuntungan pribadi atau kelompok. Praktik seperti ini, meskipun tidak selalu terdeteksi, turut memperkeruh stabilitas harga di pasar.
Ketika harga tembaga perkilo dipermainkan oleh pihak tertentu, konsumen akhir seperti pengrajin logam, pedagang, dan pelaku UKM-lah yang paling merasakan dampaknya. Harga yang tidak mencerminkan kondisi riil pasar akan menyulitkan banyak sektor usaha.
8. Kenaikan Harga Energi
Pengolahan tembaga, baik dari bijih maupun daur ulang, membutuhkan energi dalam jumlah besar. Ketika harga energi seperti listrik, solar, atau bahan bakar lainnya naik, otomatis biaya produksi tembaga juga meningkat. Hal ini akan berdampak langsung pada harga jualnya di pasar.
Harga tembaga perkilo bisa mengalami lonjakan tajam saat terjadi krisis energi, baik secara global maupun nasional. Misalnya, ketika harga BBM bersubsidi naik, sektor industri logam biasanya menjadi salah satu yang paling terdampak.
9. Kebijakan Pemerintah yang Belum Konsisten
Pemerintah memang telah menetapkan berbagai kebijakan terkait tambang dan ekspor tembaga. Namun, sering kali kebijakan ini berubah-ubah dan tidak konsisten dalam pelaksanaannya. Perubahan peraturan mengenai ekspor, royalti, atau izin usaha pertambangan sering menimbulkan ketidakpastian pasar.