Harga Tembaga Internasional: Pergerakan harga tembaga di London Metal Exchange (LME) menjadi acuan utama penentuan harga lokal. Ketika harga global naik, harga tembaga bekas di Indonesia juga cenderung mengikuti tren tersebut.
Nilai Tukar Rupiah: Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS secara langsung mempengaruhi harga tembaga lokal, karena tembaga diperdagangkan dalam denominasi Dolar di pasar internasional.
Permintaan dan Penawaran: Keseimbangan antara jumlah tembaga yang tersedia dan kebutuhan industri global menentukan arah pergerakan harga. Saat permintaan tinggi namun pasokan terbatas, harga akan cenderung naik.
Kondisi Ekonomi Global: Pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara industri besar seperti China dan Amerika Serikat, mempengaruhi permintaan tembaga untuk berbagai sektor manufaktur.
Faktor Lokal
Biaya Transportasi: Jarak antara lokasi penjual dan pusat pengolahan daur ulang mempengaruhi harga beli. Semakin jauh lokasinya, semakin rendah harga yang ditawarkan karena pertimbangan biaya logistik.
Ketersediaan Pengepul: Daerah dengan banyak pengepul cenderung memiliki harga yang lebih kompetitif karena persaingan antar pembeli tembaga bekas.
Kebijakan Pemerintah: Regulasi terkait perdagangan logam bekas, pajak ekspor, dan batasan impor dapat mempengaruhi dinamika harga di pasar domestik.
Faktor Kualitas Material
Tingkat Kemurnian: Semakin murni kandungan tembaga dalam pipa AC bekas, semakin tinggi harganya. Pipa dengan kandungan tembaga 99% akan dihargai lebih tinggi dibandingkan yang memiliki campuran logam lain.
Kondisi Fisik: Pipa tembaga yang bersih dari kotoran, cat, atau material isolasi akan mendapatkan harga lebih baik karena mengurangi biaya pemrosesan selanjutnya.
Berat dan Volume: Penjualan dalam jumlah besar biasanya mendapatkan harga lebih baik per kilogramnya dibandingkan penjualan eceran dalam jumlah kecil.
Proses Pra-pengolahan: Tembaga yang sudah dibersihkan dari komponen non-tembaga seperti isolasi plastik atau karet akan dihargai lebih tinggi.