2. Kebijakan Moneter Bank Sentral
Keputusan bank sentral dunia, terutama Federal Reserve Amerika Serikat, dalam menentukan suku bunga acuan memiliki dampak langsung terhadap harga emas. Ketika suku bunga naik, opportunity cost untuk memegang emas (yang tidak memberikan bunga) menjadi lebih tinggi, sehingga harga cenderung turun. Sebaliknya, penurunan suku bunga membuat emas menjadi lebih menarik sebagai alternatif investasi. Kebijakan quantitative easing atau stimulus ekonomi juga dapat meningkatkan permintaan emas karena kekhawatiran terhadap inflasi.
3. Kondisi Geopolitik dan Ketegangan Internasional
Ketegangan politik, konflik bersenjata, dan ketidakstabilan regional mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam bentuk emas. Harga Emas Antam Logam Mulia seringkali mengalami kenaikan ketika terjadi peristiwa geopolitik yang signifikan, seperti perang dagang antar negara, sanksi ekonomi, atau konflik regional. Emas dianggap sebagai aset yang dapat mempertahankan nilainya di tengah ketidakpastian politik dan sosial.
4. Inflasi dan Daya Beli Mata Uang
Tingkat inflasi domestik dan internasional berpengaruh besar terhadap daya tarik emas sebagai hedge against inflation. Ketika inflasi naik, nilai riil mata uang menurun, sehingga emas menjadi pilihan untuk mempertahankan daya beli. Di Indonesia, faktor inflasi domestik, nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan kebijakan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi turut memengaruhi harga emas lokal.
