Masjid Nabawi di Madinah adalah salah satu masjid suci bagi umat Islam yang memiliki sejarah panjang dan penuh makna. Tidak hanya sebagai tempat ibadah, Masjid Nabawi juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Seiring waktu, renovasi Masjid Nabawi pada masa khalifah menjadi bagian penting dalam memperluas dan memperindah masjid ini, menjadikannya seperti yang kita kenal hari ini.
Baca Juga: Lampu Hias Masjid Nabawi Bahan Kuningan
Renovasi Masjid Nabawi Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab
Renovasi pertama yang tercatat dalam sejarah adalah pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, umat Islam di seluruh dunia terus berkembang pesat, yang menyebabkan kebutuhan untuk memperluas masjid.
Pada tahun 638 M, Khalifah Umar memulai renovasi besar-besaran untuk memperluas area Masjid Nabawi agar mampu menampung lebih banyak jamaah.
Pada masa ini, Umar memperbesar masjid dengan membeli tanah di sekitarnya dan membangun ulang dinding serta atap masjid. Renovasi ini adalah langkah penting untuk mengakomodasi peningkatan jumlah jamaah yang datang ke Madinah untuk beribadah. Khalifah Umar juga menambahkan pintu baru dan memperkuat struktur bangunan agar lebih tahan lama.
Baca Juga: Model Lampu Masjid Nabawi Minimalis
Renovasi di Masa Khalifah Utsman bin Affan
Renovasi Masjid Nabawi selanjutnya dilakukan oleh Khalifah Utsman bin Affan pada tahun 649 M. Di bawah kepemimpinan Utsman, Masjid Nabawi diperluas lebih jauh dan bagian interiornya diperbaiki. Salah satu kontribusi terbesar Utsman adalah penggunaan bahan bangunan yang lebih kokoh dan mewah, seperti batu kapur dan kayu yang diimpor dari luar Madinah.
Utsman bin Affan menambahkan kolom-kolom batu yang lebih tahan lama, mengganti atap masjid yang semula terbuat dari pelepah kurma, serta mempercantik masjid dengan ukiran yang indah. Ekspansi Masjid Nabawi di masa Utsman ini menandai awal dari pengembangan yang lebih estetis dan tahan lama.
Baca Juga: Mengenal Lampu Khas Masjid Nabawi
Renovasi di Zaman Dinasti Abbasiyah dan Ottoman
Renovasi tidak berhenti di masa para khalifah Rasyidin saja. Pada masa Dinasti Abbasiyah dan Ottoman, Masjid Nabawi mengalami perluasan yang lebih besar lagi.
Salah satu renovasi terbesar dilakukan oleh Sultan Abdulmecid dari Kekhalifahan Ottoman pada abad ke-19. Renovasi ini tidak hanya memperluas masjid, tetapi juga menambahkan fitur arsitektur yang lebih modern pada saat itu.
Pada masa Ottoman, menara-menara tinggi dibangun, dan kubah hijau yang menjadi ciri khas Masjid Nabawi sekarang diperkenalkan. Pengaruh Ottoman terhadap Masjid Nabawi sangat signifikan, karena mereka meninggalkan warisan arsitektur yang bertahan hingga hari ini.
Baca Juga: Lampu Gantung Model Masjid Nabawi
Renovasi Modern Masjid Nabawi
Di era modern, pemerintah Arab Saudi telah melakukan renovasi besar-besaran untuk mengakomodasi jutaan jamaah yang datang setiap tahunnya.
Salah satu renovasi terbesar dilakukan oleh Raja Fahd pada tahun 1984, yang melibatkan ekspansi besar-besaran dan penambahan fasilitas seperti payung raksasa di halaman Masjid Nabawi. Payung-payung ini membantu melindungi jamaah dari panas terik saat beribadah di luar ruangan.
Renovasi modern ini juga melibatkan teknologi canggih untuk memastikan kenyamanan jamaah, termasuk sistem pendingin udara dan perluasan ruang dalam masjid. Masjid Nabawi kini mampu menampung hingga satu juta jamaah selama musim haji dan Ramadan, menjadikannya salah satu masjid terbesar di dunia.
Kesimpulan
Renovasi Masjid Nabawi dari masa ke masa menunjukkan betapa pentingnya tempat ini bagi umat Islam. Setiap khalifah dan penguasa Muslim yang melakukan renovasi, baik Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, maupun penguasa Ottoman dan Arab Saudi, memiliki visi untuk memperluas dan memperindah masjid ini untuk memenuhi kebutuhan umat Islam.