Berbeda dengan tembaga murni yang berwarna kemerahan, jenis tembaga putih memiliki tampilan yang lebih mendekati perak karena dicampur dengan logam lain seperti nikel, seng, atau timah putih. Paduan ini dikembangkan untuk menciptakan material yang memiliki keindahan visual mirip logam mulia namun dengan harga yang lebih ekonomis.
Secara kimia, jenis tembaga putih memiliki struktur kristal yang berbeda dari tembaga murni akibat pencampuran dengan logam lain. Hal ini tidak hanya mempengaruhi warna tetapi juga karakteristik fisik dan mekaniknya. Paduan tembaga putih umumnya lebih keras, lebih tahan korosi, dan memiliki titik leleh yang berbeda dibandingkan tembaga murni.
Dalam industri metalurgi (pengolahan logam secara kimiawi), jenis tembaga putih sering menjadi pilihan untuk berbagai penggunaan karena kombinasi sifatnya yang menguntungkan. Selain lebih ekonomis dibandingkan logam mulia seperti perak atau platinum, tembaga putih juga mudah dibentuk dan diproses menjadi berbagai produk jadi. Keunggulan ini membuat tembaga putih menjadi material yang banyak dicari di berbagai sektor industri.
Baca Juga: 5 Jenis Tembaga Beserta Kelebihan dan Kekurangannya
Sejarah Penggunaan Tembaga Putih

Sejarah penggunaan jenis tembaga putih telah dimulai sejak ribuan tahun lalu. Peradaban kuno di China diketahui telah menggunakan paduan tembaga-nikel sejak abad ke-3 SM untuk membuat koin dan benda dekoratif. Di Eropa, penggunaan tembaga putih secara signifikan meningkat selama Revolusi Industri ketika kebutuhan akan material yang ekonomis namun menarik semakin meningkat.